Alasan Memilih Vario 110 FI ESP

Tahun 2008 silam saat baru lulus SMA dibelikan motor Supra X 125 oleh Bapak untuk keperluan kuliah, padahal saat itu pengin banget beli motor matic namun dengan alasan boros BBM maka dibelikannya motor bebek. Sebelas tahun berlalu, dengan beberapa alasan maka motor tersebut terpaksa dijual walaupun kondisinya masih nyaman banget ditunggangi. Pada bulan Agustus 2019 saya memutuskan membeli motor Vario 110 sebagai sahabat baru mengarungi kerasnya aspal kehidupan, ada beberapa alasan kenapa saya memilih motor ini :

  1. Model
    Setelah motor supra laku terjual saya mulai berfikir akan membeli motor apa, tentunya disesuaikan dengan anggaran yang sudah saya siapkan. Saya sudah menyiapkan dana kurang lebih 20 juta untuk membeli motor matic secara tunai, ketika sampe dealer Honda saya mulai memetakan motor apa yang bisa dibeli dengan dana segitu. Ada 3 tipe yang bisa diboyong dengan dana segitu yaitu Vario 110 ESP, Beat, dan Genio. Jujur saja saya kurang sreg dengan model motor mirip Vespa seperti yang direpresentasikan Scoopy dan Genio, oleh karena itu saya mencoret keduanya dari daftar pembelian. Pilihan mengerucut pada Vario 110 dan Beat, namun dengan pertimbangan fitur lampu LED dan keindahan bentuk maka saya memilih Vario 110 FI ESP.
  2. Dimensi
    Ibu saya pernah mengusulkan membeli motor matic kekinian seperti Nmax, PCX, Vario 150, dengan janji akan memberi tambahan dana agar bisa memboyongnya. Jujur saja aku kurang tertarik membeli motor matic dengan body gambot seperti Nmax dan PCX. Rumahku berada di dalam gang dan tidak mempunyai garasi, motorku klo malem masuk ke dapur, itu jadi salah satu pertimbangan gak minat beli motor body gambot karena akan memakan ruang dapur dimana gak cuma motorku saja yang ada di rumah. Postur tubuhku yang hanya 160 cm juga menjadi pertimbangan selanjutnya enggan memilih motor gambot, gak nyaman saat mengemudi dan menjadi penumpang. Vario 110 ini jadi motor yang dimensinya pas dengan kondisi rumah dan postur tubuhku.
  3. Melestarikan Legenda
    Vario 110 merupakan skuter matic legendaris produksi Honda yang telah berkiprah selama 13 tahun sejak pertama kali diproduksi tahun 2006. Saat berkunjung ke dealer Honda, saya mendapat informasi bahwa Vario 110 akan stop produksi, dealer saat ini hanya menghabiskan stok yang tersisa saja. Entah kenapa saat mendengar info tersebut saya justru tertarik untuk meminangnya, rasanya tidak ingin melewatkan kesempatan menjadi keluarga besar matic legendaris milik pabrikan otomotif berlogo sayap ini. Pembelian unit ini seperti ajang balas dendam karena dulu tidak boleh membeli motor matic, sekedar info saja line up matic kelas 110cc milik Honda saat ini diisi oleh Beat, Scoopy, dan Genio, sedangkan merk Vario akan bermain di segmen matic 125cc dan 150cc. Jadi motor saya merupakan generasi terakhir Vario 110, sekaligus saya telah membantu dealer menghabiskan unit sisa sebelum awal tahun 2020 heuheu….

Penyintas Dermatitis

Kalian sudah pernah merasakan rasa gatal dalam jangka panjang gak? Jangan sepelekan rasa gatal yang berkepanjangan terutama apabila muncul perubahan warna atau tekstur pada bagian kulit yang gatal itu. Seingetku tahun 2019 kaki kiri ada gatal sampe kulitnya ruam merah dan teksturnya mengeras, sebagai sobat BPJS akhirnya berobat ke faskes 1 dan mendapatkan obat minum dan salep. Setelah obat tersebut habis ternyata masih timbul gatal di tempat yang sama, sampe akhirnya beli salep dengan merk yang sama ternyata harganya murah sekitar 10.000 dan hanya sembuh sementara atau meringankan gatalnya saja. Kurang lebih aku sudah 3x berobat ke faskes 1 untuk sakit yang sama namun tidak sembuh juga.

ruam pertama kali muncul di kaki kiri, awalnya kecil kemudian melebar
ruam di kaki kiri

Suatu hari niat berobat ke dokter spesialis kulit, baru deh disitu mendapatkan sedikit titik terang tentang penyakitku. Kata dokter namanya dermatitis, penyebabnya beragam karena dermatitis beragam pula jenisnya. Oya saat memutuskan ke dokter spesialis kulit kondisi ruamnya sudah menyebar di tangan, perut, dan kaki. Pulang dari dokter kulit dapet obat minum dan oles, alhamdulillah kondisinya membaik kulitnya mulus lagi walaupun bekasnya masih terlihat. Beberapa bulan setelah membaik ternyata gatalnya kumat lagi, kulitnya ruam kembali di beberapa bagian tubuh, akhirnya memutuskan ke dermatologis lagi tapi beda dengan yang pertama karena orang pertama gak nyaman buat konsultasi.

ruam di kaki kanan

Dermatologis kedua ini lebih nyaman dalam memberikan informasi dengan sangat sabar dan jelas, seperti memahami psikologis pasiennya. Menurut beliau bahwa dermatitis ini merupakan anugerah dari Tuhan kepada umatnya yang punya sensitivitas kulit berlebih, saya diajak merenungi untuk mengetahui hal-hal apa yang memicu gatalnya kumat karena itu yang akan menentukan jenis dermatitis saya. Akhirnya saya pulang dengan membawa obat minum dan salep, sampai 3x saya ke klinik dermatologis tersebut. Seiring berjalannya waktu saya memahami hal-hal apa yang membuat kambuh dermatitis saya, rupanya karena beban pikiran dan stres berlebih yang menjadi pemicu kambuhnya dermatitis saya. Menurut beberapa referensi yang saya baca, apabila kambuh dipicu stres maka jenisnya merupakan Neuro Dermatitis maka dari itu saya selalu berusaha apabila ada permasalahan dalam hidup tidak terlalu tak pikir abot karena klo kambuh sangat menyiksa rasanya. Info dari dermatologis klo dermatitis itu tidak bisa sembuh permanen, kita hanya bisa berusaha untuk tidak kambuh saja dengan memahami faktor yang menjadi pemicunya. Oya pemicu dermatitis itu ada banyak yah, ada karena alergi makanan, bahan pakaian, stres, dan masih banyak lainnya. Bagi penderita dermatitis, kulitnya tidak boleh kering harus selalu lembab oleh karena itu lotion kulit hukumnya wajib selalu dibawa oleh kami dermatitis survivor. Kebetulan ada teman yang punya dermatitis juga dan dia cerita klo ternyata ada banyak sekali orang yang menjadi survivor sampai semacam ada komunitasnya lho. Masih ada beberapa foto ketika dermatitis saya sedang dalam kondisi yang lumayan parah, klo sekarang alhamdulillah udah halus namun bekasnya masih ada seperti bekas kena knalpot motor hehehe…

Kereta Api dan Finnet

Zaman sudah modern, teknologi juga semakin berkembang pesat sehingga akses informasi dan segala sesuatu yang dapat memudahkan kehidupan manusia dibuat massal. Tak terkecuali dengan vending machine yang mulai banyak ditemui di berbagai tempat. Kita bisa ambil contoh Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang memudahkan masyarakat bertransaksi keuangan, lalu mesin yang dapat digunakan untuk membeli air minum dalam kemasan (amdk) jumlahnya memang belum begitu banyak tapi klo pernah ke Ancol atau nonton film “luar” pasti tau deh bentuknya gimana.

Nah yang tidak kalah populer adalah vending machine yang sekarang terdapat di hampir semua stasiun kereta api. PT. KAI selaku operator tunggal moda transportasi kereta api memang terus berbenah dalam memanjakan konsumennya, sekarang beli tiket gak harus ke stasiun tapi bisa melalui aplikasi online, agen tiket, dan tentunya gerai toko retail yang menjadi partner resmi KAI. Salah satu terobosan terbaru adalah menggandeng PT. Finnet Indonesia untuk menyediakan mesin di semua stasiun agar memudahkan masyarakat membeli tiket ketika loket di stasiun belum beroperasi, beritanya bisa dibaca disini dan disini. Perlu kalian tahu bahwa PT. KAI telah memberlakukan kebijakan jam beroperasi loket untuk melayani pemesanan tiket dari jam 09.00 – 15.00 setiap harinya, kecuali untuk keberangkatan dihari yang sama maka disediakan loket khusus.

Saya punya pengalaman membeli tiket kereta api menggunakan mesin ini, kalo gak salah sudah 3x bertransaksi melalui Finnet. Awalnya memang membingungkan, tapi gak usah takut karena ada petugas yang berjaga siap membantu calon penumpang bertransaksi melalui Finnet. Transaksi di Finnet awalnya bagi saya cukup menyenangkan, karena tinggal memasukan data dan uang maka keluar lah bukti transaksi disertai kode booking tiket yang siap dicetak menjelang keberangkatan. Gak ribet dan tanpa antre, jangan lupa harus menggunakan uang pas karena mesin gak menyediakan kembalian hehehe…

Pengalaman terakhir bertransaksi melalui Finnet terjadi pada tanggal 28 November 2016, bisa dibilang ini pengalaman buruk dan sedikit membuat parno bertransaksi lagi. Saat itu tanggal 27 saya sedang ada acara di Semarang, selesai acara sekitar jam 2 dinihari saya diantar ke stasiun Poncol karena ngejar kereta Kamandaka yang berangkat jam 05.15. Sampai stasiun kurang lebih jam 02.30, karena belum beli tiket dan loket juga belum buka maka saya putuskan membeli tiket melalui Finnet. Data dan uang sudah saya masukkan tapi mesin tidak mengeluarkan kertas bukti transaksi yang berisi kode booking tiket, seketika saya panik dan bingung harus bertanya atau lapor pada siapa. Berburu petugas pun saya lakukan, satpam dan petugas lain yang tertidur di stasiun sempat saya bangunkan  untuk bertanya masalah ini tapi tidak ada jawaban yang memuaskan. Sempat saya menelpon nomor CS Finnet yang tertempel di mesin tapi sampe telpon yang kesekian kali tidak tersambung juga. Akhirnya saya duduk di ruang tunggu sesekali merem karena ngantuk banget sekalian nunggu loket buka. Jam 04.30 loket akhirnya dibuka khusus untuk keberangkatan hari ini, segera saya lapor kejadian yang saya alami, tapi mbak penjaga loket malah menyuruh saya menelpon CS Finnet karena dia gak bisa ambil keputusan. Nanti setelah ada jawaban baru deh petugas loket bisa bantuin sesuai anjuran CS Finnet, sudah dijelazkan klo telpon gak bisa tersambung tapi tetap saja petugas loket tak bergeming. Waktu terus berjalan, telpon CS tidak tersambung, kepanikan semakin menjadi, maka jam 5 kurang saya putuskan untuk membeli tiket di loket setelah mendapat kepastian klo masalah ini bisa diurus ketika sampai di stasiun tujuan.

Jam 07.45 sampai di stasiun Tegal, langsung pulang mandi dan bersiap masuk kerja. Agak siang saya telpon CS Finnet untuk minta penjelasan tapi jawaban bertele-tele yang intinya uang gak bisa dikembalikan karena perjalanan telah dilakukan, klo perjalanan belum berjalan masih bisa diurus. Mbak CS juga bersikukuh klo mereka terjaga 24jam menerima telpon konsumen dan bilang klo ga ada telpon masuk dari nomor saya, bulshit! Gak puas dengan jawaban CS Finnet maka saya ke stasiun Tegal untuk meminta penjelasan CS stasiun, tapi jawaban yang sama kembali didapat. Perjalanan telah dilakukan sehingga gak bisa diurus, tapi ada jawaban yang lumayan menghibur saya. Dia bilang seharusnya petugas loket di stasiun Poncol bisa mencetak tiket setelah mencocokan identitas saya dengan sistem, gak harus nunggu jawaban CS Finnet. Padahal saya sudah memberikan KTP ke mbak penjaga loket tapi dia bergeming tidak bisa. Akhirnya petugas CS stasiun Tegal meminta nama petugas tiketing stasiun Poncol yang pagi tadi bertugas untuk dilaporkan masalah ini hehehe…

Hikmah yang bisa diambil dari kejadian ini adalah, ternyata mesin tidak selamanya memudahkan ada kalanya juga merugikan. Tujuan Finnet dan KAI mungkin ingin memudahkan konsumen saat membeli tiket tapi namanya hidup kadang gak sesuai ekspektasi hehehe… Sebelum menutup telpon, saya berpesan pada CS Finnet agar dilakukan pemeliharaan rutin pada mesin. Karena bukan hanya soal uang tapi soal kepercayaan konsumen, jual jasa kan modalnya kepercayaan dan kepuasaan konsumen. Hikmah lainnya adalah saat tiba di stasiun dinihari dan belum punya tiket, mendingan nunggu loket buka jangan tergiur kemudahan yang ditawarkan sebongkah vending machine karena saat dinihari gak ada petugas stasiun yang bisa memberikan solusi atau minimal jawaban yang menenangkan hehehe…

Salam buat semua pengguna transportasi publik.

Kurban Kesalahan

Idul Adha merupakan salah satu hari raya umat Islam yang selalu ditandai dengan prosesi ibadah haji dan pemotongan hewan kurban. Tahun ini merupakan pertama kalinya saya membeli hewan kurban dengan uang pribadi yang berasal dari hasil kerja beberapa bulan ini. Namun ada cerita dibalik moment ini, karena kurban yang saya lakukan itu buah dari kesalahan beberapa orang panitia kurban di masjid komplek rumah.

Jadi tahun ini ibu saya tidak kurban di masjid sekitar rumah, tapi kurban di masjid sekitar rumah orang tuanya (simbah saya). Hal ini dilakukan karena jamaah masjid di komplek rumah gak ada yang mau diajak patungan membeli sapi, padahal ibu saya penginnya korban satu ekor sapi. Disaat yang bersamaan ada panitia kurban di masjid deket rumah simbah yang dateng kerumah menawarkan patungan kurban sapi karena disana masih kurang pesertanya, tanpa pikir panjang ibu saya langsung setuju dan membayar uang mukanya.  Seperti diketahui bersama klo kurban seekor sapi itu bisa diatasnamakan maksimal tujuh orang.

Beberapa hari menjelang Idul Adha panitia kurban di masjid komplek rumah merilis pengumuman donatur yang menitipkan hewan kurbannya di masjid, yang bikin heran disitu tertulis nama ibu dengan urutan nomor satu. Sontak ibu dan saya terkejut, karena tidak pernah merasa mendaftarkan namanya kepada panitia. Singkat cerita, kami kemudian melakukan penelusuran kepada panitia kurban dan didapatkan info klo penulisan itu didasarkan atas desas-desus kabar klo ibu akan kurban. Wajar klo muncul desas-desus, karena ibu dari jauh-jauh hari sudah gencar mencari partner kurban sapi ke jamaah di masjid tapi hasilnya nihil. Kesalahan yang sangat fatal, karena mencantumkan nama orang tanpa konfirmasi kepada yang bersangkutan. Akhirnya ibu menjelaskan semuanya, dan kemudian panitia menghapus nama ibu dari daftar donatur.

Tapi dasar ibu saya orangnya gak kepenakan, akhirnya ibu membujuk saya untuk berkurban di masjid. Awalnya saya menolak, karena kurban dilakukan mendadak tanpa rencana dari jauh-jauh hari sebelumnya. Apalagi rasa gak kepenak itu disebabkan oleh kesalahan orang lain, yang harusnya bukan jadi urusan kami. Hanya hitungan dua hari sebelum idul adha saya harus memutuskan untuk membeli kambing, padahal uang itu sudah saya rencanakan untuk membeli suatu barang. Berdasarkan hasil diskusi dan timbang-menimbang akhirnya satu hari sebelum idul adha saya putuskan membeli kambing dengan budget yang sudah disediakan, dan itu ternyata agak sulit karena pedagang kambing pasti pasang harga tinggi diwaktu yang mepet ini. Alhamdulillah berhasil mendapatkan seekor kambing sesuai dana yang sudah dialokasikan. 

Hikmah dari idul adha tahun ini adalah, alhamdulillah bisa ikut kurban sesuai perintah agama. Karena saya sendiri belum tentu bisa berumur panjang untuk menjumpai idul adha tahun depan. Tapi sebaiknya kurban itu diniatkan dari jauh-jauh hari biar bisa mengalokasikan dana khusus buat beli hewan kurban. Jangan lupa juga untuk mengingatkan panitia kurban di daerah setempat agar lebih hati-hati lagi dalam mencantumkan nama orang lain. Selalu ikhlas dalam beribadah, karena Allah tidak akan berhenti memberikan rezeki bagi umat yang bertakwa. 

Tabiq…

Beli Kondom

Sebenernya ini berasa lagi curhat sih, dari pengalaman pribadi atau cerita seorang teman hihihi…

nakal boleh
Catet ..!

Behubungan seks itu hak semua individu, masalah mau berhubungan dengan pasangan yang resmi atau tidak resmi biar lah itu jadi urusan masing-masing. Saya tidak mau banyak berkomentar :D. Dalam berhubungan seks dikenal ada yang namanya alat kontrasepsi, baik itu yang digunakan oleh pria maupun oleh wanita. Untuk jenis, kegunaan, dan cara pakai silahkan cari info sendiri ya :D.

Alat kontrasepsi pria salah satunya yang paling populer adalah kondom, berbahan dasar dari lateks dan bentuknya dapat menyesuaikan alat kelamin pria. Kondom banyak dijual bebas, mulai dari apotik sampe toko retail sudah tersedia. Keberadaannya yang mudah dijumpai, maka akses untuk membeli atau menggunakannya semakin mudah juga. Sempat terbersit pertanyaan yang mengganjal di hati saya, kenapa cowok (gak semua) suka malu atau gak pede waktu beli kondom?  Sudah saya buktikan sendiri, temen saya gak berani beli kondom di toko retail yang berujung dengan menyuruh saya untuk mengambilnya. Seingat saya, sudah 2x dititipin beli kondom sama temen yang itu.

Di toko retail dengan marga “Mart” (Indo dan Alfa) posisi rak kondom memang seringnya berada disamping dan belakang kasir, jadi ada rasa gak pede saat mau mengambilnya. Apalagi klo posisinya di belakang kasir, brarti harus minta tolong kasir untuk mengambilkan. Klo kasirnya cewek apa gak tengsin tuh? :p. Menurut cerita teman, dia malu beli kondom karena menganggap benda itu tabu untuk dibeli, jadi malu sama kasir atau orang lain yang kebetulan melihatnya. Ada juga yang takut kena stigma negatif dari orang yang melihatnya.  Ada juga yang beli kondom tapi dibarengi dengan membeli barang lain (misal: softdrink, deodoran, dll) padahal sebenarnya yang dibutuhkan saat itu hanya kondom, barang lain itu cuma kamuflase untuk menutupi rasa malu :D.

Mau iseng menjabarkan analisa ngawur saya tentang kekhawatiran teman itu, tentang cara pandang dia saat membeli kondom :D. Menganggap kondom sebagai benda yang tabu, padahal di jaman modern seperti sekarang alat kontrasepsi bukan lah sesuatu yang tabu lagi. Apalagi kondom sebagai alat kontrasepsi yang dijual bebas, penggunaannya paling mudah, tidak perlu resep dokter, harga relatif terjangkau, maka apanya yang masih tabu bro?! Mungkin jalan pikiran kamu aja yang masih menganggap tabu beberapa hal tapi kamu sendiri membutuhkan dan melakukannya. Hehe…

Merasa malu saat membeli kondom, memang kenapa mesti malu? Kondom dijual kan memang untuk dibeli oleh orang yang membutuhkan. Dijual di toko retail dan apotik, berarti memang ingin memudahkan akses orang untuk membelinya. Lalu kenapa masih malu? Lagian benda yang bermanfaat kok, kenapa masih malu membelinya? Malu sama kasir atau orang lain yang kebetulan melihat kamu beli kondom? Emang mereka bakal nanya itu benda mau dipakai kapan dan sama siapa? Emang mereka peduli sama urusan yang notabene bukan urusan mereka? Aaahh lagi-lagi pikiran kita terlalu mendramatisir.

Takut kena stigma negatif dari orang lain yang melihatnya. Pertanyaan dari saya adalah, emang kamu tau darimana klo beli kondom akan dicap negatif oleh orang lain? Apa kamu bisa membaca pikiran orang lain yang kebetulan lihat kamu beli kondom? Terkadang pikiran kita memang sok tau isi pikiran orang lain yah :D. Pesan saya adalah, jangan terlalu lama bergaul dengan persangkaan yang membuat kita terpasung dan susah maju nantinya.

Jadi kesimpulan saya adalah, pikiran kita adalah pusat dari segala tindakan yang kita lakukan. Kasus HIV AIDS atau penyakit kelamin lain yang sampe saat ini masih menjadi momok bagi kita mewajibkan diri ini selalu waspada terhadap segala sesuatu yang mempunyai potensi tersebut. Kondom merupakan salah satu alat yang dapat membantu kita mencegah potensi terjangkitnya penyakit kelamin. Kondom juga berguna bagi pasangan yang ingin menunda kehamilan. Saat kita memutuskan membeli kondom, maka jauh disana pikiran kita sudah memikirkan berbagai akibat yang ditimbulkan apabila berhubungan intim tanpa pengaman. Pikiran dan alam bawah sadar telah memerintahkan fisik untuk melakukan tindakan yang dianggapnya perlu dan benar, yaitu membeli lalu menggunakan kondom. Berani berbuat, harus berani membeli donk!

Pesan Moral :

Semoga dengan dijualnya kondom secara bebas tidak menjadikan pembenaran bagi sebagian orang untuk berbuat asusila yang melanggar norma dan moral. Berhubungan lah dengan pasangan resminya, klo pun doyan “jajan” jangan lupa safety first bro!! Jangan menyakiti dan menyusahkan diri sendiri, keluarga, dan orang lain yang disebabkan oleh keteledoran dan tidak terkendalinya “kepala” bagian bawah.

Regards..!